John Herdman kembali menjadi perbincangan hangat setelah namanya dikaitkan dengan posisi pelatih Timnas Indonesia. Pengalamannya membawa Kanada kembali bersinar di zona CONCACAF menjadi alasan utama mengapa ia masuk radar PSSI. Pada masanya, ia tidak hanya meningkatkan kualitas permainan, tetapi juga membangun budaya kompetitif yang memberi dampak besar pada perkembangan tim. Pendekatan taktisnya dikenal fleksibel, penuh karakter, dan mampu memaksimalkan potensi pemain sesuai kebutuhan pertandingan.

Salah satu ciri khas Herdman adalah kemampuannya beradaptasi dengan cepat terhadap situasi di lapangan. Formasi 3-4-3 atau 3-4-2-1 menjadi struktur yang paling sering digunakan, memanfaatkan kombinasi pemain cepat dan kreatif seperti Alphonso Davies serta dua penyerang eksplosif. Namun Herdman tidak ragu beralih ke pola empat bek ketika tim membutuhkan kestabilan lebih. Fleksibilitas ini memungkinkan transisi permainan berjalan mulus, baik dalam penguasaan bola maupun saat bertahan.

Dalam fase membangun serangan, Herdman menekankan sirkulasi bola yang cepat dari lini belakang dengan struktur rapi. Peran gelandang menjadi kunci untuk membantu membentuk keunggulan jumlah pemain, terutama ketika membangun serangan melalui sayap. Pergerakan Davies yang bebas serta kontribusi bek sayap dalam overlap maupun underlap menciptakan ritme menyerang yang dinamis. Kombinasi rotasi pemain depan membuat pola serangan Kanada di eranya sulit diprediksi.

Di sisi pertahanan, Herdman menanamkan pendekatan agresif yang mengandalkan counter-pressing setelah kehilangan bola. Timnya tampil disiplin, baik dalam menjaga area maupun dalam memenangkan duel. Peran gelandang bertahan menjadi pusat penyaring serangan, sementara penyerang menutup ruang sejak lini depan. Struktur yang terorganisasi membuat Kanada mampu tampil solid, tercermin dari minimnya gol yang mereka terima di fase akhir kualifikasi. Pendekatan lengkap ini menjadi alasan mengapa Herdman dianggap cocok membawa warna permainan baru bagi Timnas Indonesia.